Kamis, 26 Mei 2016

Sejarah hidup toko bugis : sultan Hasanudin

Sejarah Sultan Hasanuddin



Sultan Hasanuddin (11 Januari 1631 – 1 Juni 1670), Raja Gowa ke-16, terlahir dengan nama I Mallombasi Muhammad Bakir Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangepe. Setelah memeluk agama Islam, ia mendapat tambahan gelar Sultan Hasanuddin Tumenanga Ri Balla Pangkana, hanya saja lebih dikenal dengan Sultan Hasanuddin saja. Karena keberaniannya, ia dijuluki De Haantjes van Het Oosten oleh Belanda yang artinya Ayam Jantan/Jago dari Benua Timur. Ia dimakamkan di Katangka, Makassar. Ia diangkat sebagai Pahlawan Nasional dengan Surat Keputusan Presiden No. 087/TK/1973, tanggal 6 November 1973.
Sultan Hasanuddin lahir di Makassar, merupakan putera kedua dari Sultan Malikussaid, Raja Gowa ke-15. Sultan Hasanuddin memerintah Kerajaan Gowaketika Belanda yang diwakili Kompeni sedang berusaha menguasai perdagangan rempah-rempah. Gowa merupakan kerajaan besar di wilayah timur Indonesia yang menguasai jalur perdagangan.

Peperangan Yang Dihadapi  Sultan Hasanuddin
Peperangan antara VOC dan Sultan Hasanuddin di mulai tahun 1660. Saat itu Belanda dibantu Kerajaan Bone yang merupakan taklukan Kerajaan Gowa. Pada pertempuran sengit, panglima Perang Kerajaan Bone Tobala tewas tetapi Aru Palaka berhasil meoloskan diri. Perang kemudian di akhiri dengan perjanjian perdamaian.
Perjanjian yang disepakati tidak berlangsung lama, karena Sultan Hasanuddin yang merasa dirugikan kemudian menyerang dan merompak dua kapal Belanda yaitu Walvis dan Leeuwin. Belanda pun marah lalu mengirimkan pasukan di pimpin Cornelis Speelman. Aru Palaka juga membantu Belanda menyerang kerajaan gowa.
Pada tahun 1666, di bawah pimpinan Laksamana Cornelis Speelman, Kompeni berusaha menundukkan kerajaan-kerajaan kecil, tetapi belum berhasil menundukkan Gowa. Di lain pihak, setelah Sultan Hasanuddin naik takhta, ia berusaha menggabungkan kekuatan kerajaan-kerajaan kecil di Indonesia bagian timur untuk melawan Kompeni.
Pertempuran terus berlangsung, Kompeni menambah kekuatan pasukannya hingga pada akhirnya Gowa terdesak dan semakin lemah sehingga pada tanggal 18 November 1667 bersedia mengadakan Perdamaian Bungaya di Bungaya. Gowa merasa dirugikan, karena itu Sultan Hasanuddin mengadakan perlawanan lagi. Akhirnya pihak Kompeni minta bantuan tentara ke Batavia. Pertempuran kembali pecah di berbagai tempat. Sultan Hasanuddin memberikan perlawanan sengit. Bantuan tentara dari luar menambah kekuatan pasukan Kompeni, hingga akhirnya Kompeni berhasil menerobos benteng terkuat Gowa yaitu Benteng Sombaopu pada tanggal 12 Juni 1669. Sultan Hasanuddinkemudian mengundurkan diri dari takhta kerajaan dan wafat pada tanggal 12 Juni 1670.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar